SOLO - Pengelola bus Bandara Adi Soemarmo, Solo, Perum DAMRI terancam bangkrut. Penyebabnya, perebutan trayek di jalur itu makin tajam.
Perusahaan angkutan tersebut bahkan sudah berancang-ancang untuk menutup trayek itu jika kondisinya tidak juga membaik. "Terus terang kami merasa berat. Sebab, biaya operasional yang harus kami tanggung cukup besar. Belum lagi kerugian yang berkisar Rp 2 juta per hari untuk operasional 15 unit bus. Kalau terus begini, kami hanya bisa sampai akhir tahun ini," papar Sutaryadi, kepala operasional Perum DAMRI Solo, kemarin (21/4).
Kerugian sebesar itu terjadi karena besarnya biaya operasional yang harus ditanggung. Selama ini bus tidak boleh menaikkan penumpang di rute Kartasura hingga bandara dan sebaliknya, dari rute total Solo-bandara pp. Yang melarang adalah Pusat Koperasi AURI (Puskopau) yang mengoperasikan taksi bandara. "Kami bukan saja dilarang untuk menaikkan penumpang dari bandara, namun juga penumpang sepanjang rute bandara sampai Kartasura. Padahal, potensi penumpang cukup besar," tandasnya.
Jika kebijakan tersebut belum diubah, baik oleh Puskopau maupun pemkot, DAMRI akan kembali menggunakan rute normal. Yaitu, Palur-Kartosuro, yang berarti sama dengan rute bus DAMRI reguler, bukan bus bandara. "Dengan jalur baru ini (Palur-bandara-Kartosuro pp), per hari rata-rata kami kehilangan 15 rit (satu rit adalah sekali perjalanan dari Palur-bandara)," ujarnya.
Kendati demikian, Wali Kota Solo Joko "Jokowi" Widodo sampai kini masih meminta agar rute bandara tetap dipertahankan kendati belum bisa menaikkan penumpang. Pasalnya, sampai saat ini pihaknya terus berusaha mencari solusi. Yakni, menjalin komunikasi secara intensif dengan PT Angkasa Pura, Dinas Perhubungan Boyolali, dan Puskopau sebagai penyedia jasa transportasi di bandara. "Saya optimistis, masalah ini bisa dipecahkan. Tapi, tolong beri saya waktu. Semua butuh proses, tidak bisa grusa-grusu," ujarnya. (vj/tej/jpnn/ruk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar